museum

Museum Zoologi Frater Vianney

Jl. Raya Karangwidoro No. 7

Museum Zoology Frater Vianney merupakan museum zoologi yang berada di Kabupaten Malang. Museum khusus ini didirikan untuk mengapresiasi dedikasi Frater Maria Vianney dalam bidang zoologi sejak tahun 1960-an, dan berhasil mengumpulkan data 80 famili moluska di Indonesia. Ratusan spesimen tersebut disumbangkan ke sebuah Perguruan Tinggi, dan kemudian dikumpulkan kembali sejak tahun 1998. Frater Maria Vianney van Hoessel BHK adalah seorang biarawan berkebangsaan Belanda dari Kongregasi Frater Bunda Hati Kudus yang sudah bertugas di Indonesia sejak tahun 1960-an. Beberapa tahun sebelum meninggal, Frater Maria Vianney mendalami dunia kerang. Hobi ini yang kemudian dilanjutkan kepada Frater Clemens. Museum ini juga bekerja sama dengan Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Jawa Timur untuk menampung titipan hewan dan memberikan perawatan terhadap hewan-hewan tersebut. Museum ini dibangun sebagai sarana belajar dan rekreasi keluarga. Saat ini kepemilikan museum dipegang Yayasan Pendidikan Mardi Wiyata dan dikelola oleh Museum Zoologi Frater Vianney. Koleksi yang ditampilkan merupakan spesimen penelitian, hewan peliharaan museum, dan perawatan hewan.

museum

Jatim Park Group, Museum ini hadir sebagai museum tematik pertama yang menunjukkan tentang anatomi tubuh manusia. Adanya museum khusus ini diharapkan dapat meningkatkan pemahaman tentang tubuh manusia, terutama kepada anak-anak yang berada dalam proses belajar aktif. Sistem pembelajaran yang dilakukan di museum ini menggunakan Kurikulum Pendidikan Dasar hingga Menengah dan mengolahnya menjadi Lembar Kerja Siswa yang banyak diaplikasikan di sekolah. Didirikannya museum ini merupakan bentuk dedikasi yang dilakukan oleh Jatim Park Group dalam perkembangan ilmu kesehatan, diharapkan pengunjung dapat menikmati dan memahami tentang anatomi tubuh manusia. Salah satu koleksi unggulan The Bagong Adventure Museum Tubuh adalah terdapatnya spesimen manusia asli yang diawetkan dengan teknik plastinasi yang dikembangkan oleh Prof. Gunther Von Hagen. Tubuh manusia plastinasi ini bisa ditemukan di ruang khusus, yaitu ruang eksibisi. Koleksi ini merupakan satu-satunya di Asia Tenggara.

museum

Museum Wiswakarma

Br. DENJALAN BUTUBULAN

Museum ini saya bangun untuk membayar utang kepada masyarakat, punagi pada tanah kelahiran atas pembelajaran – pembelajaran yang panjang serta mensyukuri anugrah yang yang lebih cukup dari perjalanan bisnis saya yang sahaja. Saya menekuni dunia perundagian sejak kecil, belajar guna – gina hidup dari kakak I Wayan Catok. Beliu adalah kakak, guru, teman, sakaligus “ayah” dalam perjalanan panjang penuh onak duri hidup ini. Darinya saya mendpat bimbingan, gemblengan, bagaimana memberdayakan hidup di tengah - tengah kemiskinan, dalam kehidupan yang tertatih, muram, pedih dan menderita. Kenang I Ketut Pradnya pemilik, penggagas, Pendirian Wiswakarma Museum yang kini terbangun pada areal luas di kawasan Polo Candani, Batubulan, Gianyar

museum

Neka Art Museum

Jl. Raya Campuhan

Neka Art Museum merupakan museum yang didirikan Pande Wayan Suteja Neka, atau yang lebih dikenal sebagai Suteja Neka. Ayahnya yaitu, I Wayan Neka merupakan pemahat terbaik di Bali dan pernah menerima penghargaan pada 1960. Ia yang membuat patung burung garuda setinggi tiga meter untuk Paviliun Indonesia ketika acara New York World Fair di Amerika Serikat pada 1964. Suteja Neka mulai mengumpulkan koleksinya ketika ia berteman dengan Rudolf Bonnet dan Arie Smith. Pada 1975, Neka dan Bonnet melakukan perjalanan ke Eropa untuk mengunjungi museum dan galeri. Karena perjalanan tersebut, Neka bercita-cita untuk mendirikan museum di Bali. Setelah dilakukan perencanaan, Neka Art Museum resmi dibuka oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, Dr. Daoed Joesoef pada 7 Juli 1982.

museum

Njana Tilem Museum

Jl. Raya Mas No. 162

Njana Tilem Museum merupakan museum yang didirikan untuk didedikasikan bagi karya pilihan dari dua orang maestro seni kriya, yaitu Ida Bagus Njana dan Ida Bagus Tilem. Njana dan tilem, ayah dan anak, masing-masing memiliki keunikan. Njana mengembangkan seni yang menampilkan kesan modern dengan garis-garis sederhana yang menggambarkan kehidupan sehari-hari masyarakat Bali. Tilem menampilkan bentuk-bentuk alami kayu untuk mengekspresikan emosi manusia. Koleksi mereka ini ditampilkan di museum dalam bangunan berarsitektur Majapahit. Museum ini didirikan untuk mewujudkan cita-cita Alm. Ida Bagus Tilem dalam menjaga dan melestarikan seni dan budaya terutama seni rupa patung Bali.

museum

Museum Samparaja

Jl. Gajah Mada

Museum Samparaja merupakan museum yang dibangun sejak tahun 1987 yang dirintis sekaligus didirikan oleh Hj. Siti Maryam R. Salahuddin (anak ke-7 Sultan Salahuddin, Raja Kesultanan Bima). Tujuan pendirian Museum Kebudayaan Samparaja ialah penyelamatan peninggalan Kesultanan Bima terutama naskah-naskah lama dari kepunahan sekaligus melestarikan nilai-nilai budaya daerah serta menjadikan museum sebagai sarana penelitian kebudayaan Bima. Pada 1990 didirikan gedung museum berasitektur tradisional Bima “Uma Ceko” dan diresmikan pembukaannya oleh Bupati Bima Adi Haryanto pada tanggal 10 Agustus 1995.

Testimoni