museum

Museum Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia

Gedung Nusantara Lantai 2, Komples MPR DPR DPD RI, Jl. Gatot Subroto, RT.1/RW.3, Gelora, Kecamatan Tanah Abang, Kota Jakarta Pusat, Daerah Khusus Ibukota Jakarta 10270, Indonesia

Sejak masa KNIP (tahun 1945) sampai dengan DPR RI periode 2014 - 2019, DPR RI telah mengalami 18 periode. Tiap periode memiliki latar belakang,sejarah politik, jumlah anggota, jumlah Fraksi dan kinerja yang berbeda. Kilas balik perjalanan DPR RI mulai tahun 1945 (saat pelantikan pertamakali Anggota KNIP) inilah yang akan diusahakan dapat divisualisasi dalam "MUSEUM DPR-RI". Prakarsa pembuatan Museum DPR RI dimulai pada periode DPR 1987 - 1992 dengan Pimpinan DPR-RI saat itu: M.Kharis Suhud sebagai Ketua, R.Soekardi Sebagai Wakil Ketua, Saiful Sulun sebagai Wakil Ketua, Dr.HJ.Naro ,S H sebagai Wakil Ketua. Realisasi pembuatan Museum DPR RI yaitu dengan membentuk Yayasan dengan nama "Yayasan Museum DPR-RI dengan ketuanya Bapak Jailani (Jhony) Naro,S H. Langkah1 awal yang dilakukan oleh Yayasan Museum adalah membuat perencanaan pembangunan Gedung Museum DPR RI dan membentuk Tim Museum DPR RI yang bertugas mengadakan studi banding ke Parlemen Luar Negeri dan mengumpulkan koleksi-koleksi baik berupa naskah,barang dan foto yang berkaitan dengan parlemen jaman penjajahan sampai dengan proses pembentukan KNIP serta kegiatan-kegiatan DPR-RI mulai tahun 1945. Koleksi yang terkumpul berupa barang,naskah dan foto kemudian ditempatkan di ruang serbaguna lt.2 gedung Nusantara IV (posisi sekarang di lt.2 gedung Nusantara) dan ditandai dengan penandatanganan Prasasti Peresmian Museum DPR RI oleh Ketua DPR-RI, Bapak M.Charis Suhud

museum

Museum Sumpah Pemuda

Jalan Kramat Raya No. 106 Jakarta Pusat

1968 – 1972 Gagasan mendirikan Museum Sumpah Pemuda berasal dari pelaku Kongres Pemuda Kedua. Mereka berpendapat bahwa nilai-nilai persatuan yang dirintis generasi 28 harus diwariskan kepada generasi yang lebih muda. Untuk itu, pada tanggal 15 Oktober 1968, Prof. Mr. Soenario berkirim surat kepada Gubernur DKI Jakarta, Ali Sadikin, untuk meminta perhatian dan pembinaan terhadap Gedung Kramat 106 agar nilai sejarah yang terkandung di dalamnya terpelihara. Gubernur DKI Jakarta melalui SK Gubernur No. cb.11/1/12/72 jo Monumenten Ordonantie Staatsblad No. 238 tahun 1931, tanggal 10 Januari 1972, kemudian menetapkan Gedung Kramat 106 sebagai benda cagar budaya. 1973 – 1974 Sebagai tindak lanjut SK Gubernur tersebut, Gedung Kramat 106 dipugar Pemda DKI Jakarta pada 3 April 1973. Pemugaran selesai 20 Mei 1973. Gedung Kramat 106 kemudian dijadikan museum dengan nama Gedung Sumpah Pemuda. Peresmiannya dilakukan oleh Gubernur DKI Jakarta, Ali Sadikin, pada 20 Mei 1973. Pada 20 Mei 1974 Gedung Sumpah Pemuda kembali diresmikan oleh Presiden RI, Soeharto. 1979 – 1983 Pada 16 Agustus 1979, Gedung Sumpah Pemuda diserahkan Pemda DKI Jakarta kepada Pemerintah Pusat Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Pengelolaannya diserahkan kepada Direktorat Jenderal Pendidikan Luar Sekolah, Pemuda, dan Olah Raga. Menurut rencana, Gedung Sumpah Pemuda akan dijadikan Pusat Informasi Kegiatan Kepemudaan dibawah Kantor Menteri Muda Urusan Pemuda (kemudian menjadi Menteri Muda Urusan Pemuda dan Olah Raga). Pada tanggal 28 Oktober 1980 diadakan pembukaan selubung papan nama Gedung Sumpah Pemuda oleh Dra. Jos Masdani, atas permintaan Menteri Muda Urusan Pemuda Mayor TNI AU dr. Abdul Gafur, sebagai tanda penyerahan pengelolaan gedung dari Pemda DKI Jakarta kepada Departemen P dan K. Tiga tahun kemudian, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, Prof. Dr. Nugroho Notosusanto, mengeluarkan Surat Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan No. 029/O/1983, tanggal 7 Februari 1983, yang menyatakan bahwa Gedung Sumpah Pemuda dijadikan UPT dilingkungan Direktorat Jenderal Kebudayaan dengan nama Museum Sumpah Pemuda. 1999 – SEKARANG Bersamaan dengan dibentuknya Departemen Kebudayaan dan Pariwisata oleh Presiden KH Abdurrahman Wahid pada tahun 1999, pengelolaan Museum Sumpah Pemuda diserahkan dari Departemen Pendidikan Nasional kepada Departemen Kebudayaan dan Pariwisata. Penyerahan dilakukan Menteri Pendidikan Nasional, Dr. Yahya A. Muhaimin, kepada Menteri Kebudayaan dan Pariwisata, Drs. I Gede Ardhika. Seiring dengan perubahan struktur pemerintahan, Departemen Kebudayaan dan Pariwisata dijadikan Kementerian Negara. Untuk menampung unit-unit yang tidak tertampung dalam Kementerian Negara Kebudayaan dan Pariwisata dibentuklah Badan Pengembangan Kebudayaan dan Pariwisata. Pengelolaan Museum Sumpah Pemuda yang semula ada di bawah Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata kemudian diserahkan kepada Badan Pengembangan Kebudayaan dan Pariwisata. Bersamaan dengan reorganisasi di Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata, pengelolaan Museum Sumpah Pemuda kembali dilakukan oleh Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata. Pada awal tahun 2012, Museum Sumpah Pemuda dikelola oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan melalui Direktorat Jendral Kebudayaan.

museum

Museum Kebudayaan dan Kemajuan Asmat

Jl. Museum No.1 RT 000 RW 000

Museum Kebudayaan dan Kemajuan Asmat, yang didirikan pada tahun 1973 di kota Agats, ibukota kabupaten Asmat, Papua Selatan, memiliki akar sejarah yang kuat dalam usaha mempertahankan dan mempromosikan kebudayaan serta seni tradisional Asmat. Pendirian museum ini merupakan inisiatif misionaris Pastor Frank Trenkenschuh, OSC, yang dimulai pada tahun 1969. Tujuan utamanya adalah melestarikan kebudayaan Asmat, memberikan kontribusi ekonomi kepada masyarakat Asmat, dan mengenalkan warisan budaya mereka kepada dunia. Museum ini awalnya didirikan dengan koleksi dari para Misionaris Hati Kudus (MSC) dan Para Misionaris Ordo Salib Suci (OSC) yang telah aktif mengumpulkan artefak sejak 1959. Tambahan koleksi berasal dari Dr. Gunter Konrad dan Ursula Konrad, yang melakukan ekspedisi Heidelberg pertama ke Brazza pada tahun 1971. Bruder Mark, Uskup Alphonse Sowada, dan Pastor Trenkenschuh juga turut serta dalam mengumpulkan artefak. Tobias Schneebaum, kurator pertama Museum Asmat, juga membuat kontribusi signifikan dengan mengumpulkan sejumlah koleksi. Pastor Trenkenschuh memimpin upaya pendanaan museum dan proyeknya dengan tujuan utama menjaga identitas dan sejarah orang Asmat. Museum ini diharapkan menjadi pusat pendidikan dengan berbagai sarana, termasuk cerita, slide show, film, dan rekaman kaset dari berbagai daerah di Asmat. Pater Trenkenschuh tidak hanya merumuskan ide-ide ini tetapi juga menjadi pendorong utama di belakang keseluruhan proyek. Museum Kebudayaan dan Kemajuan Asmat secara resmi dibuka pada 11 Agustus 1973, dimiliki dan dikelola oleh Keuskupan Agats-Asmat. Keunikan museum ini terletak pada lokasinya yang dekat dengan sumber koleksinya, menciptakan pengalaman yang unik bagi pengunjung untuk merasakan sejarah dan budaya Asmat secara langsung. Museum kemudian mengalami pembaruan, termasuk perpindahan lokasi, dan sejak saat itu dijalankan di bawah koordinasi Keuskupan Agats-Asmat. Pada 10 Oktober 2016, museum yang diperbarui diresmikan oleh Bupati Asmat, Elisa Kambu, dan diberkati oleh Duta Besar Vatikan untuk Indonesia, Mgr. Antonio Guido Filipazzi. Dengan lebih dari 1.200 koleksi, Museum Kebudayaan dan Kemajuan Asmat menjadi tempat yang mencerminkan kekayaan sejarah dan budaya Asmat. Koleksi tersebut melibatkan berbagai artefak, termasuk motor listrik yang digunakan oleh Presiden RI Joko Widodo selama kunjungannya ke Asmat pada April 2018 sebagai kunjungan pertama kali Presiden RI ke wilayah Asmat. Dengan demikian, Museum Kebudayaan dan Kemajuan Asmat bukan hanya menjadi penjaga warisan budaya Asmat tetapi juga menjadi sarana penting untuk memperkenalkan kekayaan budaya Asmat kepada dunia.

museum

Museum Transportasi

Jalan Raya Taman Mini

Museum Transportasi Kementerian Perhubungan didirikan atas dasar kesepakatan antara Menteri Perhubungan dengan Ketua Yayasan Harapan Kita (Ibu Tien Soeharto) dan sekaligus sebagai penggagas yang semula direncanakan hanya sebagai Museum Kereta Api di kawasan Taman Mini Indonesia Indah.

museum

Museum Pemadam Kebakaran Pertama

Jalan Kompleks TMII Pintu 3, Kelurahan Lubang Buaya, Kecamatan Cipayung, Jakarta Timur DKI Jakarta 13810

Dinas Penanggulangan Kebakaran dan Penyelamatan Provinsi DKI Jakarta dibentuk sebagai jawaban terhadap permasalahan kebakaran dan bencana lainnya yang selama ini menyertai perjalanan kota Jakarta. Sejarah panjang juga mengikuti perjalanan Dinas Penanggulangan Kebakaran dan Penyelamatan, dimana para personil pemadam kebakaran harus siap sedia mengorbankan jiwa dan raga untuk menyelamatkan mereka yang terkena musibah kebakaran. Bencana kebakaran adalah bencana yang datangnya tidak terduga dan setiap saat. Oleh karena itu setiap anggota Dinas Penanggulangan Kebakaran dan Penyelamatan hendaknya menyadari akan tanggung jawab yang besar untuk selalu memberikan perlindungan dan menyelamatkan jiwa manusia dan harta benda dari kerusakan akibat kebakaran dan bencana lainnya, sesuai dengan Visi Misi Dinas Penanggulangan Kebakaran dan Penyelamatan Provinsi DKI Jakarta yaitu Terciptanya Rasa Aman Masyarakat dari Kebakaran dan Bencana. Bagi masyarakat yang ingin mengetahui hal-hal yang berkaitan dengan pemadam kebakaran, saat ini sudah berdiri Museum Pemadam Dinas Penanggulangan Kebakaran dan Penyelamatan Provinsi DKI Jakarta di Taman Mini Indonesia Indah Cipayung Jakarta Timur. Museum ini merupakan Museum Pemadam Kebakaran pertama yang didirikan di Indonesia. Tujuan didirikan museum ini adalah agar masyarakat lebih maju dan mengerti akan bahaya kebakaran, serta mengetahui sejarah tentang berdirinya pemadam kebakaran di Indonesia mulai dari Brandweer Batavia yang didirikan oleh Pemerintah Hindia Belanda pada tahun 1919 hingga saat ini. Museum Pemadam Kebakaran juga mempunyai tujuan sebagai media perantara antara masa lalu dengan masa kini serta bahkan masa yang akan datang. Gagasan mendirikan Museum Pemadam Kebakaran muncul ketika perayaan peringatan hari Ulang Tahun Dinas Penanggulangan Kebakaran yang Ke-96 di Jakarta 1 Maret 2015. Bahwa untuk mengenang sejarah perjuangan Petugas Pemadam Kebakaran pada sebelum kemerdekaan dan setelah kemerdekaan maka perlu dibuat tempat monumental yang didalamnya memuat sejarah perjuangan petugas Pemadam Kebakaran menanggulangi bencana kebakaran dalam membantu masyarakat khususnya warga DKI Jakarta. Ide awalnya adalah mendirikan sebuah galeri yang didalamnya berisisi sejarah perjuangan Satria Biru, namun berdasarkan arahan Kepala Dinas Penanggulangan Kebakaran dan Penyelamatan Provinsi DKI Jakarta Bapak Dr. H. Subejo, SH. M.Si maka galeri DAMKAR berubah menjadi Museum Pemadam Kebakaran. Ada perbedaan fungsi yang jelas antara galeri dengan museum. Galeri pada prinsipnya adalah sebuah ruangyang berisi kumpulan bemda dan dokumen yang bersejarah yang ditampilkan kepada publik. Sedangkan museum merupakan sebuah organisasi yang mempunyai tugas mengumpulkan, merawat, meneliti, memamerkan, dan mengkomunikasikan benda-benda koleksi kepada masyarakat. Museum Pemadam Kebakaran diresmikan oleh Wakil Gubernur DKI Jakarta Bapak Drs. H. Djarot Syaiful Hidayat, M. S. Pada tanggal 1 Maret 2015 bertepatan dengan ulang tahun Dinas Penanggulangan Kebakaran dan Penyelamatan yang Ke-96. Sedangkan Upacara Pembukaan museum dilakukan oleh Bapak Dr. H. Subejo, SH. M.Si. Sekarang Museum Pemadam Kebakaran berada di bawah Bidang Pencegahan dengan Kepala Bidang Bapak Jon Vendri S.Si, M.M, Khususnya Seksi Publikasi dan Pemberdayaan Masyarakat, dengan Kepala Seksi Bapak Saepuloh, S.Pd, M.MT. Bangunan Museum Pemadam Kebakaran tergabung menjadi satu bangunan dengan Pos Pemadam Sektor IX Cipayung Jakarta Timur. konsep bangunan sendiri mengikuti konsep dari Pos Pemadam Kebakaran, dimana konsepnya bisa menampung mobil-mobil pemadam kebakaran yang besar dan tinggi. Untuk bagian dalam dari bangunan museum yang terdiri dari dua lantai, mengusung konsep minimalis dengan tujuan agar lebih menonjolkan isi dari museum itu sendiri. Museum Damkar memiliki dua lantai, lantai pertama berisi Koleksi Museum Damkar dan lantai kedua merupakan ruang Audio Visual dengan kapasitas yang dapat menampung kutang lebih 40 orang. Seluruh ruangan museum berpendingin AC yang dapat memberikan kenyamanan kepada pengunjung pada saat melihat koleksi dari Museum Damkar. Untuk ruangan di lantai dua bisa digunakan untuk keperluan memutar video-video tentang sejarah Dinas Penanggulangan Kebakaran dan Penyelamatan, serta sering juga digunakan untuk sosialisasi bahaya kebakaran kepada pengunjung yang berkunjung ke Museum Damkar. Museum Damkar mempunyai program kegiatan yang menarik untuk keluarga, khususnya anak-anak. Dimana program tersebut memberikan kesempatan kepada pengunjung untuk dapat merasakan sendiri bagaimana beratnya tugas menjadi seorang Pemadam Kebakaran. Pengunjung bisa mencoba sendiri menggunakan peralatan operasional yang digunakan untuk memadamkan api. Selain itu pengunjung juga diberikan kesempatan untuk menaiki kendaraan operasional Pemadam Kebakaran. Ada juga kegiatan sosialisasi kepada pengunjung supaya mereka lebih maju dan mengerti bahaya kebakaran dan tindakan yang harus dilakukan apabila terjadi kebakaran. Dengan semua program itu pengunjung tidak sekedar mengetahui sejarah Pemadam Kebakaran saja, tetapi juga lebih mengetahui teknik pencegahan dan penanggulangan kebakaran sejak dini di lingkungan masing-masing.

museum

Pusat Peragaan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Jalan Raya Taman mini indonesia indah

Gagasan pendirian science centre di Indonesia diprakasai oleh Menteri Riset dan Teknologi pada waktu itu, Prof. Dr. B.J. Habibie, pada tahun 1984. Dibentuk Panitia Kerja dengan SK Menteri Riset dan Teknologi No.15/M/Kp/IX/1984 untuk melakukan studi banding, pengkajian konsepsi dasar pembangunan, tema peragaan, system pengelolaan, serta bentuk arsitekturnya. Pada tahun 1987 Supporting Committee dibentuk untuk mensosialisasikan science centre kepada masyarakat luas melalui penyelenggaraan pameran fisika dan matematika di Gedung Pengelola Taman Mini Indonesia Indah (TMII), yang dibuka oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Prof. Dr. Fuad Hasan. Usaha sosialisasi dilanjutkan pada tahun 1988-1990 dengan peragaan 20 alat peraga interaktif bidang IPA di Anjungan Istana Anak-Anak TMII, sebagai hasil kerjasama dengan Fakultas Pendidikan Matematika & IPA, IKIP Jakarta. Tujuan usaha ini untuk pengenalan dan studi penjajakan animo masyarakat. Kesan yang diperoleh dari pengunjung sangat positif dan para remaja dapat mengenal iptek secara lebih mudah dan nyata. Peragaan tersebut digunakan juga sebagai media pengajaran bidang iptek oleh beberapa mahasiswa IKIP Jakarta yang bertindak sebagai pemandu. Konsep awal perencanaan Pusat Peragaan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (PP-IPTEK) kemudian dibantu oleh US Agency for International Development dan Asia Foundation. Sesuai dengan konsep awal tersebut, Master Plan PP-IPTEK dikembangkan oleh Tim Kementerian Ristek, PT Tripanoto Sri Konsultan, Tim dari Musee de La Villete dan Sopha Development dari Perancis. Pada tanggal 20 April 1991, PP-IPTEK diresmikan oleh Presiden Soeharto di gedung sementara Terminal B Skylift-TMII, berlantai 2 seluas 1.000 m2. Sejumlah alat peraga telah dibuat sendiri oleh tenaga ahli dari Puslitbang KIM-LIPI, LUK BPPT, BATAN, juga sumbangan dari industri strategis dan IBM. PP-IPTEK akhirnya menempati gedung permanen pada tanggal 10 November 1995, berlokasi di poros utama kompleks TMII menghadap Plaza Perdamaian Monumen KTT Non-Blok. Dengan filosofi konsep sebagai api semangat iptek yang merupakan titik awal pengembangan masa depan, konsep desain bangunan futuristic, menjelajah tanpa batas, Konsultan Perencana PT. Tripanoto Sri telah merancang bangunan seluas 24.000 m2 di atas area seluas 42.300 m2. Sejak saat itu telah tersedia sarana pembelajaran iptek yang memberi kesempatan kepada pengunjung untuk melihat dan mempelajari rahasia dan gejala alam yang diperagakan, mempelajari dengan menggunakan indera pendengar, pencium, dan peraba melalui manipulasi, operasi dan eksperimen. Melalui peragaan dan program, pengunjung diberi kesempatan untuk menjajagi fenomena dan khasanah iptek secara mandiri, keluarga dan kelompok, agar memberi inspirasi dan meningkatkan daya kretivitas dan inovasi.

Testimoni