Data Museum

Museum Asmat
RT.7/RW.2, Ceger, Kec. Cipayung, Kota Jakarta Timur, Daerah Khusus Ibukota Jakarta 13820Museum Asmat Taman Mini “Indonesia Indah” (TMII) merupakan museum etnografi yang menceritakan tentang gambaran kehidupan masyarakat Asmat. Museum ini dibangun atas prakarsa Ibu Tien Soeharto setelah melihat pameran produksi I di Silang Monas pada tahun 1985. Museum Asmat diresmikan pada tanggal 20 April 1986 dengan luas bangunan 6500 m². Museum Asmat TMII berarsitektur rumah Kariwari yang merupakan rumah yang dimiliki Suku Tobati dan Enggros, Papua.

Museum Kota Samarinda
Jalan Bhayangkara No. 1Peletakan tiang pancang dilakukan pada tanggal 4 Mei 2017 di area Taman Samarendah usai shalat Dzuhur berjamaah, maka dimulailah pembangunan Museum yang diharapkan akan menjadi landmark baru dan starting point destinasi wisata di kota Samarinda. Pada hari Kamis tanggal 8 Februari 2018 Wali Kota Samarinda, Bapak H. Syaharie Jaang bersama Gubernur Kaltim, Bapak H. Awang Faroek Ishak meresmikan 11 proyek infrastruktur dalam kota Samarinda. Proyek yang diresmikan itu ada proyek tahun tunggal, ada juga proyek tahun jamak. Peresmian dipusatkan di halaman Museum Samarinda, dalam kawasan Taman Samarendah, dan salah satu yang diresmikan adalah Gedung Museum Samarinda. Penyeraham dari Dinas Perumahan dan Pemukiman (DISPERKIM) pada tanggal 29 Oktober 2018. Bulan berikutnya yakni bulan November 2018 pengelolaan Museum Samarinda menjadi tanggung jawab Dinas Kebudayaan. Pada 10 Januari 2019 dilaksanakan Launching Museum Kota Samarinda sekaligus menandai berdiri Museum Kota Samarinda dan dimulainya Operasional Museum. Kemudian pada 4 Maret 2020 dilaksanakan Peresmian/Grand Opening Museum Kota Samarinda, saat itu masih dibawah naungan Dinas Kebudayaan Kota Samarinda, akan tetapi operasional Museum harus dihentikan sementara karena adanya pandemi Covid-19 yang melanda Indonesia. Setelah pandemi Covid-19 usai, Museum kambali buka pada tanggal 14 Februari 2022. Museum Kota Samarinda bersama Dinas Kebudayaan bergabung dengan Dinas Pendidikan menjadi Dinas Pendidikan dan Kebudayaan.

Lamin Dayak Batu Cermin
Jalan Batu Cermin RT.07 No. 88Yayasan Lamin Dayak Batu Cermin Samarinda Kalimantan Timur merupakan museum yang dibangun oleh H. Syaharie Jaang mantan Walikota Samarinda 2010-2021, atas hasil diskusi dari Pengurus Yayasan Lamin Dayak Batu Cermin dan Pengurus Museum Lamin Dayak Batu Cermin Samarinda Kalimantan Timur secara resmi digunakan pada 10 September 2021, selanjutnya pada tanggal 7 Juni 2022 diresmikan dengan nama "Lamin Dayak Batu Cermin" yang tertuang dalam Akta Pendirian Yayasan Lamin Dayak Batu Cermin Nomor 18 tanggal 7 Juni 2022. Kata Lamin (rumah panjang) merupakan rumah tradisional suku Dayak yang sangat dikenal sebagai salah satu bentuk arsitektur yang unik koleksi unggulan yang menjadi sebuah simbol peradaban Masyarakat Dayak.

Museum Sarkofagus
Jl. Raya Tampaksiring, Bedulu, Blahbatuh, Gianyar, Bali 80581Sejarah pendirian Museum Sarkofagus tidak terlepas dari sejarah berdirinya Balai Pelestarian Kebudayaan Wilayah XV. Museum Sarkofagus sebelumnya bernama Museum Gedong Arca yang pengelolaanya berada di bawah Balai Pelestarian Kebudayaan Wilayah XV. Pendirian Museum Gedong Arca (Museum Arkeologi) berawal dari gagasan Profesor Soejono dan Soekarto Atmojo, mantan Kepala Dinas Purbakala Bali, untuk memperkenalkan benda cagar budaya (BCB) yang telah dikumpulkan sejak berdirinya Jawatan Purbakala pada tahun 1950. Museum Gedong Arca kemudian resmi berdiri pada tanggal 14 September 1974. Pada tahun 2016 s/d 2018, Balai Pelestarian Cagar Budaya Bali melakukan rehabilitasi terhadap beberapa bangunan dan beberapa bale pelindung sarkofagus Museum Arkeologi Gedong Arca. Melalui dana APBN dari Direktorat Pelestarian Cagar Budaya dan Permuseuamn. Selanjutnya diresmikan oleh Dirjen Kebudayaan Bapak Hilmar Farid tanggal 20 Maret 2019. Mengingat banyaknya tinggalan sarkofagus yang memiliki keunikan tersendiri, Museum Gedong Arca diaktivasi menjadi Museum Sarkofagus oleh Bapak Menteri Fadli Zon pada tanggal 27 Februari 2025.

Museum Perbatasan Kepulauan Anambas
Jl. Harung Hijau RT 001/ RW 001 Dusun I Desa TiangauDengan adanya tujuan pelestarian warisan sejarah dan budaya di kabupaten kepulauan anambas, museum perbatasan kepulauan anambas dibangun pada tanggal 6 April 2023 dengan sumber anggaran yayasan. museum ini diharapkan menjadi pusat kajian sejarah dan kebudayaan anambas, serta menjadi pusat informasi bagi para peneliti dan akeolog. Koleksi museum mecakup foto-foto dan benda-benda bersejarah yang digunakan pada masa lalu.

Museum Kayuh Baimbai Kota Banjarmasin
Jalan Teluk KelayanBersama dengan George Obus (Bupati Barito saat itu), Tjilik Riwut menemui seorang pengusaha besar di Muara Teweh yakni Haji Abdullah, Pemilik Firma SEDAB (Serikat Dagang Barito). Pokok pembicaraan adalah mohon bantuan dana dalam kegiatan Pembentukan Provinsi Baru. Haji Abdullah menyetujuinya, memberikan bantuan semaksimal mungkin dan menunjuk salah seorang menantunya yang dianggap mampu mewakili beliau yaitu Haji Basirudin, hal ini disebabkan karena beliau sering sakit-sakitan diserang stroke. George Obus dan Tjilik Riwut gagal mendapatkan dukungan dana dari para pengusaha-pengusaha besar (suku Dayak) lainnya waktu itu sebab mereka khawatir aktivitas tersebut hal yang mustahil dan berbahaya. Selaku penggagas ide tersebut, Mahir Mahar adalah orang kedua yang bersedia membantu sesuai pemisahan diri dari Provinsi Kalimantan Selatan. Haji Basirudin adalah cucu dari Tamanggung Ibon, sepupu Tamanggung Surapati dan Ketika peristiwa tenggelamnya kapal Onrust, Tamanggung Ibon telah membunuh Kapten Bangaert (Komandan Fort Marabahan) dengan badiknya. Jadi Gusti Jaleha dan anaknya tentu saja dengan ikhlas menerima rombongan tinggal dirumahnya, karena Haji Basirudin adalah keturunan dari orang-orang yang bahu membahu dengan ayahnya menentang penjajah Belanda. Sedangkan yang memfasilitasi keprotokolan agar rombongan dapat menghadap ke Istana dilakukan oleh adik ipar Gusti Mustafa seorang Dosen IPB yang sangat kenal dengan Presiden Kejadian lain yang turut mempermudah nampaknya sudah ditakdirkan oleh Yang Maha Kuasa. Sewaktu Haji Basirudin berjalan-jalan di depan Istana, kebetulan Bapak Presiden berada di halaman Istana dan Haji Basirudin dipanggil masuk kemudian mereka berkenalan dan mengobrol lama. Dengan cepat Haji Basirudin mengutarakan maksud kedatangan Tim yang dibiayainya ke Ibukota ini dan nampaknya Bapak Presiden menyambut dengan penuh antusias. Di akhir perkenalan itu malah Bapak Presiden menghadiahi sebilah keris kecil untuk Haji Basirudin. Saat kunjungan Presiden RI ke Palangka Raya, Haji Basirudin kembali membantu biaya transportasi beliau serta akomodasi selama di Palangka Raya. Dan ketika roda pemerintahan mulai berjalan Haji Basirudin sering diminta Tjilik Riwut untuk membawakan uang milik provinsi Kalimantan Tengah. Pernah pula Haji Basirudin ditunjuk Tjilik Riwut menjadi camat di daerah Palingkau, namun ditolak beliau karena merasa keahliannya hanyalah berdagang. Pada tahun 1960 Haji Abdullah mertua Haji Basirudin sahabat dekat George Obus meninggal dunia. Maka Firma SEDAB sepenuhnya dikendalikan oleh Haji Basirudin, dan pelebaran usaha dilakukan dengan membuka remilling karet di desa Bangkuang. Haji Basirudin sehari-harinya ditemani koleksinya yang masih terawat baik berupa senjata seperti parang, mandau, keris, badik dan tombak yang jumlahnya sekitar 700 (tujuh ratus) pucuk. Dari seluruh koleksi tersebut hanya dua pucuk senjata yang sangat dibanggakan dan disayanginya yaitu badik pembunuh kapten Bangaert (komandan Fort Marabahan) dan keris kecil hadiah Presiden Soekarno. la berniat jika keadaan keuangan cukup memungkinkan untuk membuat museum bagi semua koleksi tersebut. Semua benda-benda pusaka tersebut adalah warisan dari Haji Basirudin kepada anaknya Syarifuddin Noor dan selain pedagang, tantara dan sekaligus pembuat benda pusaka. Beliau juga pengawal Presiden Pertama Republik Indonesia, Soekarno. Benda- Benda tersebut disimpan dalam bangunan lawas ditepi Jalan Teluk Kelayan dengan arsitektur khas banjar. Bangunan tersebut dijual kepada Pemerintah Kota Banjarmasin pada tahun 2017 yang lalu untuk di Jadikan Museum untuk merawat benda-benda tersebut selain koleksi lainnya yang akan dipamerkan dalam museum tersebut. Pada tahun 2022 yang lalu setelah melalui beberapa koordinasi dengan pihak lain dan Lembaga terkalt, bangunan tersebut dibangun kembali karena setelah melalui kajian dan identifikasi, bangunan tersebut kurang layak menjadi sebuah tempat wisata atau tempat kunjungan yang akan dikuatirkan akan miring atau roboh karena pondasi/struktur bangunannya tidak kuat. Dan akhirnya diawal tahun 2024 Museum yang diberi nama Museum Kayuh Baimbai tersebut dan merupakan museum yang pertama di Kota Banjarmasin telah dibuka untuk umum.