Data Museum

Museum Bala Datu Ranga
Jalan Dr. Sutomo, RT 01 RW 07, Kelurahan Pekat, Kecamatan SumbawaBerdasarkan Surat Pernyataan Ahli Waris yang ditandatangani dan dibubuhi materai tertanggal 09 Januari 2021 yang menyatakan bahwa bangunan Bala Datu Ranga, tanah pekarangannya, serta benda-benda pusaka yang dimiliki keluarga secara turun-temurun dipelihara dan dikelola oleh Yayasan Datu Ranga Abdul Madjid Daeng Matutu untuk tujuan pendidikan, penelitian, dan pelestarian budaya. Hal ini diperkuat dengan Surat Keputusan (SK) Ketua Yayasan Datu Ranga Abdul Madjid Daeng Matutu tertanggal 20 Maret 2022 yang menetapkan Bala Datu Ranga sebagai Museum, salah satu program dari Yayasan dengan tujuan untuk pelestarian budaya, penguatan sejarah lokal, dan pemajuan kebudayaan di Sumbawa.

Museum Kebon Vintage Cars
Jl. Tegal Harum No. 13, Denpasar, Bali, Indonesia 80237Kebon Vintage Cars diterjemahkan menjadi “Taman Mobil Antik”, yang secara harfiah merupakan tempat Bapak Jos Dharmawan, pendiri Kebon pertama kali memulai koleksi mobil antiknya - di sebuah taman di Bali Timur. Berawal dari kecintaannya mengoleksi mobil-mobilan di masa kecilnya, Bapak Jos kemudian mengubah kecintaannya tersebut menjadi sebuah hobi yang penuh gairah ketika ia akhirnya mampu membeli mobil vintage pertamanya pada tahun 1996. Sejak saat itu, ia terus mengumpulkan barang-barang antik dan mobil-mobil antik di garasi pribadinya untuk mewujudkan impian masa kecilnya.

Museum Kebon Pasinaon Living Museum
di Jalan Wirodigdo Km.3, Dusun Glagah, Kelurahan Sirahan, Kecamatan Salam, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah, Kode Pos. 56484Museum Hidup/Living Museum adalah sebuah institusi atau lembaga yang berfungsi sebagai sarana edukasi, rekreasi dan riset dalam mengelola aset sejarah kehidupan masa lampau berupa peninggalan adat dan tradisi (living culture). Kebon Pasinaon adalah perjalanan panjang dari sebuah ruang literasi (di dusun Glagah) yang telah melahirkan ide/gagasannya kedalam suatu program tentang manusia (khususnya Masyarakat dusun Glagah dan sekitarnya) dengan seluruh aspek kebudayaannya. Masyarakat Dusun Glagah dan sekitarnya merupakan pewaris, pelaku sekaligus pelestari dari sejarah tatanan keindahan alam serta kehidupan luhur yang pernah ada dimasa lampau. Eksistensi terkait adat dan tradisi leluhurnya, tetap terjaga hingga kini dalam kehidupan kesehariannya. Maka, Kebon Pasinaon Living Museum merupakan sebuah lorong literasi antar generasi, dalam menjaga keberadaan ruang bersejarah yang menjadi koleksi museum hidup kami, dimana pewarisnya aslinya akan memandu setiap pengunjung untuk menikmati dan merasakan keindahan alam serta merayakan kekayaan nilai-nilai tradisi budaya yang masih lestari hingga kini. Rekam jejak setiap langkah pengunjung , akan menjadi saksi dari terjaganya sebuah keluhuran peradaban. Asal Usul Nama Dusun Glagah , Desa Sirahan, Kabupaten Magelang , Jawa Tengah : Dahulu, area dusun Glagah merupakan hamparan tanaman glagah, sejenis rumput ilalang yang tinggi. Di tengah padang glagah itu tumbuh banyak pohon pandan dan pohon jambe yang berbau sangat harum saat berbunga. Konon, ada seorang kerabat dari kraton Solo yang pernah bersemedi di area itu bernama Raden Eyang Sudarsono dan berhasil mendapatkan pusaka keramat berupa keris luk sanga ( luk sembilan ). Cerita ini diriwayatkan oleh Eyang Sutarno yang pernah melacak keberadaaan pusaka tersebut lewat petunjuk cahaya dari langit yang membawanya ke tempat tersebut pada malam satu suro. Eyang Sutarno kebetulan bertemu dengan tokoh masyarakat dusun Glagah yaitu bapak Pawiro Slamet . Beliau eyang Sutarno menyampaikan cerita tentang asal usul nama dusun Glagah yang berasal dari kata Glagahwangen, yang artinya hamparan rumput glagah yang harum karena harumnya bunga pandan dan bunga jambe. Dusun Glagah Sebagai Pusat Seni Dan Budaya Di Desa Sirahan. Beragam situs yang ditemukan di dusun Glagah serta beragam seni dan budaya yang dimiliki oleh dusun Glagah pada zaman dahulu memang sangat menarik untuk digali. Seni tari tradisional Jathilan dan Campur ada di dusun Glagah sudah sejak lama , bahkan boleh dibilang semua seni dikuasai oleh masyarakat dusun ini. Di dusun ini, ada juga seniman pembuat wayang, seniman wayang orang, kethoprak, dsb. Menurut para sesepuh desa yang masih hidup saat ini, ada cerita aneh dan misterius tentang seniman tari di dusun ini yang hanya dikuasai oleh penduduk dusun sebelah utara , yaitu seputar area di mana patung anak sapi dan boneka batu di temukan. Entah kenapa hanya orang- orang yang berasal dari titik lokasi ini yang bisa menari. Penduduk sebelah selatan dusun tak pernah ada yang berbakat menari. Karena termasyhurnya kesenian jathilan dan campur dari dusun Glagah yang diselimuti oleh daya magis para pemainnya, bahkan gamelan yang dipakainya, suara gamelan ini konon didengar oleh pihak kraton Yogyakarta. Bende sakti yang digunakan saat itu dinamai “ bende si geger “. Suara bende inilah yang terdengar sampai keraton, hingga raja Yogya mengirimkan utusan ke dusun Glagah. Bende Si geger kemudian ditukar oleh kraton Jogya dengan seorang putri keraton untuk dijadikan selir oleh Eyang Lurah Suro Diharjo. Putri kraton tersebut dipanggil oleh masyarakat Sirahan ‘Eyang Yogya atau ‘ bu Raden Ayu’. Putri ini bahkan baru wafat sekitar th 1990 yang lalu dalam usia seabad lebih. Selain penemuan benda- benda bersejarah, dusun Glagah juga banyak menyimpan cerita menarik yang melatar belakanginya. Semua cerita tersebut berhubungan erat dengan karakter serta budaya masyarakat di dusun tersebut pada zaman dahulu. Awal Kebon Pasinaon , 2007. Dimulai dengan tercetusnya sebuah konsep Lingkungan TBM IBNU HAJAR di lahan hak milik seluas 5.000 meter yang saat itu penuh dengan beragam pohon buah, beraneka bunga ,berbagai jenis tanaman hias, tempat bermain anak, rumah pohon , berpuluh rumah lanceng ( stingless bee ), cafe, rumah kompos, bank sampah, ruang koleksi ribuan buku di sejumlah rak lengkap dengan area baca luar yang asri dikelilingi hamparan rumput hijau. TBM juga tak pernah sepi dari berbagai kegiatan kreatif dan inovatif yang melibatkan masyarakat dari beragam usia dan profesi, mulai dari balita sampai lansia, dari para pegawai kantoran sampai petani. Dari kegiatan seni budaya seperti teater dan sastra para petani, pendidikan serta beragam kegiatan unit usaha yang berdampak terhadap ekonomi masyarakatpun ada di TBM IBNU HAJAR. Ibarat sebuah perkampungan literasi, TBM IBNU HAJAR lengkap dengan kegiatan enam literasi dasar, bukan hanya sekedar literasi baca tulis saja. Bahkan aneka kiprah literasi finansial yang ada di TBM ini sangat membantunya untuk bisa mandiri dan berdiri sampai tahun 5 tahun , sebelum terjadi bencana alam banjir lahar dingin Merapi yang sangat dahsyat pada tahun 2011, sehingga menghancurkan semua yang telah bangun saat itu 2011 Kebon Pasinaon Hancur Saat itu indonesia berduka, banjir lahar dingin telah menghancurkan 5 bendungan, menenggelamkan 19 desa,memutus 11 jembatan dan lebih dari 4.000 orang mengungsi meninggalkan desa, termasuk dusun Glagah dan area kebon pasinaonnya saat itu hancur luluh lantah Kebon Pasinaon Bangkit, Setelah hancur luluh diterjang banjir lahar dingin di penghujung tahun 2011. Hampir tak ada tanda kehidupan di dalamnya. Wajar jika mata dunia telah menganggapnya layak dilupakan. Saat itu, tak ada seorangpun bisa melihat, bahwa di antara puing- puing TBM, masih menggeliat setitik semangat . Titik nyala api literasi yang akan tetap berkobar di kemudian hari. Nyala dari nyali para pengelolanya yang tak pernah ikut padam meski bencana menghantam dengan kejam. Anggapan mata dunia ternyata salah. Sampai saat ini TBM IBNU HAJAR tetap berdiri tegak. Bahkan semakin bertumbuh besar.. Pemikiran itulah yang kemudian menciptakan program inovatif sesaat setelah bencana banjir tahun 2011 yang lalu. Program itu dinamakan“MILANGKORI SATELLITE LIBRARY” yang merupakan program kedaruratan bencana untuk TBM. Konsepnya adalah mendekatkan buku pada pembaca. Ada 14 perpustakaan kecil yang tersebar di 4 kecamatan, Salam, Ngluwar, Srumbung dan Muntilan. Program MILANGKORI diluncurkan pada tanggal 22 November tahun 2011. Berkat program ini pula Pengelola TBM IBNU HAJAR memperoleh Anugerah Peduli Pendidikan ( APP ) dari Kementerian Pendidikan Nasional pada tahun 2012. Kebon Pasinaon tak pernah takut untuk memulai mimpi besar, meski mimpi di tangan pernah hancur berkeping – keping. Namun hanya jiwa- jiwa besar dengan mimpi besarlah yang bisa mempertahankannya untuk tetap hidup ditengah masyarakatnya dan memilih untuk tetap berkarya dan bermanfaat , maka kami bertransformasi demi Kemajuan Kebudayaan Bangsanya, dalam sebuah episode baru yakni , KEBON PASINAON LIVING MUSEUM

Museum Kotagede: Intro Living Museum
Jl. Tegalgendu No. 20 b PrengganPemerintah Daerah Istimewa Yogyakarta melalui Dinas Kebudayaan bersama dengan Yayasan Pusat Studi Dokumentasi dan Pengembangan Budaya Kotagede (Yayasan Pusdok) membuat suatu gagasan mengenai konsep living museum untuk Kotagede. Kotagede yang begitu kompleks dilihat dari Situs dan Lansekap Arkeologi, Teknologi-Kemahiran Tradisional, Sastra, Seni Pertunjukan, Adat Tradisi, Agama dan Kehidupan Keseharian, serta Pergerakan Sosial Kemasyarakatan. Untuk menjembatani antara masyarakat pengunjung dengan living museum kotagede maka diperlukan suatu pusat informasi atau sebagai penghubung/ portal untuk memasuki Kotagede. . Maka Intro Living Museum Kotagede hadir sesuai dengan namanya yaitu intro, yaitu sebagai pengantar dari kawasan living museum kotagede. Diharapkan Intro Living Museum dapat menjadi titik awal untuk mengenal living museum di Kotagede dengan harapan wisatawan lebih tertarik mengunjungi living museum Kotagede yang sesungguhnya. Intro Living Museum Kotagede menempati salah satu bangunan yang menjadi cerminan warisan budaya yang cukup istimewa di Kotagede yaitu Rumah kalang yang saat ini menjadi aset Pemda DIY.

Museum Natuna
Jalan masuk komplek Natuna Gerbang Utaraku, Kelurahan Ranai, Kecamatan Bunguran Timur, 29783Pendirian museum Natuna dilatarbelakangi oleh banyaknya benda- benda yang tergolong benda-benda yang diduga sebagai Cagar Budaya khususnya keramik dan yang terbanyak berasal dari masa dinasti China mulai abad 9 hingga abad 19 yang ditemukan di wilayah kepulauan Natuna baik temuan di darat tinggalan dari aktivitas-aktivitas masa lalu di kepulauan Natuna maupun di laut berupa muatan kapal-kapal karam. Penyampaian proposal pembangunan Museum Natuna telah dimulai sejak tahun 2012 dan telah ditindak lanjuti oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan melalui Direktorat Cagar Budaya dan Permuseuman dengan membuat Kajian dan Masterplan Museum Natuna pada Tahun Anggaran 2013. Sebagai wujud keseriusan, Pemerintah Kabupaten Natuna telah menindak lanjuti hasil kajian dan masterplan tersebut dengan pembuatan DED Museum Natuna melalui APBD Kab. Natuna Tahun Anggaran 2014. Setelah DED Museum Natuna dibuat, selanjutnya kegiatan pembangunan Museum Kabupaten Natuna Tahap I dilaksanakan melalui APBN Tahun 2016 dengan mekanisme Tugas Pembantuan yang meliputi kegiatan pematangan lahan dan pembangunan Box Culvert. Pemabangunan tahap II dilanjutkan melalui APBN Tahun 2017 yang mencakup pembangunan fisik bangunan gedung museum yang tersu berlanjut hingga pembangunan fisik Museum Natuna selesai pada tahun anggaran APBDN 2020 akan tetapi mekanisme penganggaran tahun 2018 hingga hingga tahun 2020 diubah dari Tugas Pembantuan menjadi Bantuan Pemerintah (Banpem). Setelah bangunan gedung museum selesai tahun 2020, pada tahun 2021 Kemendikbud kembali mengalokasikan anggaran untuk pembuatan Tata Pamer Museum Natuna. Setelah semua tahapan pembangunan Museum Natuna selesai, serah terima museum Natuna dari Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan dilaksanakan pada tanggal 2 september 2022, dan Peresmian Pengoperasian Museum Natuna dilaksanakan pada tanggal 27 Juli 2023 bertepatan dengan momentum peringatan Hari Jadi Kota Ranai sebagai Ibu Kota Kabupaten Natuna. Sejak diresmikan dan mulai dioperasikan hingga saat ini Museum Natuna telah berjalan untuk melayani kunjungan ke museum Natuna di bawah naungan Bidang Kebudayaan Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Natuna.

Museum B.J. Habibie
Jl. Alwi Abdul Djalil Habibie No.1 MallusetasiMemajukan B.J. Habibie adalah sebuah museum di Kota Parepare, Sulawesi Selatan yang dibangun pada tahun 2020 untuk mengenang Bacharuddin Jusuf Habibie. Museum ini juga merupakan rumah tempat kelahiran dan masa kecil BJ Habibie ketika tinggal di Kota Parepare. Museum ini dibangun oleh Pemerintah Kota Parepare selain untuk menggenjot pariwisata juga untuk mengenang kisah hidup bapak BJ Habibie berupa penghargaan dan perjalanan hidup. Barang-barang yang ditampilkan dalam museum ini merupakan barang milik pribadi semasa hidup baik sebelum menjabat hingga setelah menjabat sebagai Presiden ke-3 Republik Indonesia.