
TEPAK SIRIH
museum batam raja ali haji
Deskripsi
Masyarakat Melayu terkenal dengan tingkah laku yang santun dan penuh dengan adat istiadat budaya dalam menjalani kehidupan sehari-hari. Adat lebih diutamakan, seperti kata pepatah “biar mati anak jangan mati adat”, terutama saat menggelar merisik/pertunangan dan pernikahan, masyarakat Melayu menggunakan Tepak Sirih sebagai pembuka kata. Digunakan sebagai perhiasan dan atau dalam upacara resmi. Tepak Sirih sudah dipergunakan sekitar tahun 1832. /// The Malay community is famous for their polite behavior and full of cultural customs in their living all day life. Adat takes precedence, as the saying goes “let the child die, don’t the customs”, especially when holding assemblies for marriage, engagement and marriage, Malay community using Tepak Sirih as an opening word. It is used as jewelry and or in official ceremonies. Tepak Sirih has been used around 1832.
Sejarah
WADAH/TEMPAT MELETAK BAHAN SIRIH PINANG
Nomor inventarisasi :
L/006
Nomor Registrasi :
R/006
Tempat Pembuatan :
-
Status Cagar Budaya :
-
Klasifikasi :
-
Kondisi Koleksi :
-
Tanggal Registrasi:
$koleksi['Profile'][0]->tgl_registrasi
Cara Perolehan:
-
Keaslian:
-
Nama Museum :
Nomor Pendaftaran Nasional Musuem:
21.71.U.05.0200
Alamat Museum:
Jl. Engku Putri No.1