
Telepon Set F MK II
monumen perjuangan rakyat jawa barat
Deskripsi
Bahan dan Konstruksi Kuat: Telepon ini biasanya ditempatkan dalam kotak yang terbuat dari bakelit (jenis plastik keras awal) atau kadang-kadang logam, dirancang agar tahan terhadap benturan, kelembapan, dan kondisi lapangan yang keras. Kotak ini seringkali dilengkapi dengan tutup berengsel dan pengunci untuk melindunginya. Magneto Engkol: Sama seperti telepon engkol sipil, Set F MK II juga menggunakan engkol putar (magneto) di samping atau di depan bodi. Engkol ini diputar untuk menghasilkan arus listrik guna memanggil operator atau telepon lain yang terhubung dalam jaringan yang sama. Gagang Telepon (Handset): Terdiri dari earpiece dan microphone yang terintegrasi dalam satu unit genggam, mirip dengan gagang telepon modern, namun dengan ukuran yang lebih besar dan lebih kokoh. Kabel spiral menghubungkan gagang ke unit utama. Terminal Kawat: Di sisi atau bagian dalam kotak, terdapat terminal (biasanya klip atau sekrup) untuk menghubungkan kabel lapangan. Telepon ini dirancang untuk beroperasi pada jaringan kawat dua inti (two-wire system). Tombol Tekan: Selain engkol, mungkin ada tombol tekan yang berfungsi untuk interkom lokal (jika terhubung ke switchboard lapangan kecil) atau untuk sinyal tertentu. Sirkuit Sederhana: Dirancang untuk keandalan dan kemudahan penggunaan di lapangan, sirkuit internalnya relatif sederhana, fokus pada fungsi dasar panggilan dan transmisi suara. Berat dan Portabel: Meskipun kuat, telepon ini dirancang agar dapat dibawa oleh prajurit atau diangkut dengan mudah. Seringkali dilengkapi dengan tali bahu atau pegangan.
Sejarah
Kehadiran Telepon Set F MK II di Indonesia lebih banyak terkait dengan konflik militer global yang merambah Hindia Belanda, bukan sebagai bagian dari infrastruktur telepon sipil Belanda. Pendudukan Jepang (1942-1945): Meskipun Set F MK II adalah desain Inggris, tidak menutup kemungkinan unit-unit Jepang berhasil merampas atau menemukan pasokan telepon ini dari pasukan Sekutu (termasuk Inggris, Australia, atau Belanda) yang mereka kalahkan di Asia Tenggara. Telepon lapangan semacam ini akan sangat berguna bagi pasukan Jepang untuk komunikasi taktis antarpos, unit-unit di garis depan, atau pos pengamatan di wilayah-wilayah yang diduduki. Jepang juga memiliki desain telepon lapangan mereka sendiri (misalnya Telepon Lapangan Tipe 92), tetapi penggunaan unit rampasan adalah hal yang lumrah dalam perang. Setelah kekalahan Jepang, banyak peralatan militer, termasuk telepon lapangan, menjadi rampasan perang oleh pejuang kemerdekaan Indonesia. Telepon Set F MK II, jika ada, pasti menjadi salah satu jenis alat komunikasi yang sangat dicari. Pasukan Sekutu (Inggris) dan Belanda (NICA): Ketika pasukan Inggris mendarat di Indonesia pada akhir 1945, mereka membawa perlengkapan militer standar mereka, yang tentunya termasuk Telepon Set F MK II. Belanda (NICA) yang kembali juga akan menggunakan peralatan standar militer mereka, yang bisa jadi mencakup atau setara dengan telepon jenis ini. Dalam pertempuran sengit seperti Pertempuran Surabaya, atau selama Agresi Militer Belanda I dan II, komunikasi militer sangat vital. Telepon lapangan ini akan digunakan untuk mengkoordinasikan serangan, pertahanan, atau pergerakan pasukan di medan yang tidak memiliki infrastruktur telepon sipil.
Nomor inventarisasi :
A.001.7
Nomor Registrasi :
13.1.15
Tempat Pembuatan :
-
Status Cagar Budaya :
Bukan Cagar Budaya
Klasifikasi :
Historika
Kondisi Koleksi :
Utuh
Tanggal Registrasi:
5 May 2024
Cara Perolehan:
Pembelian
Keaslian:
Asli
Nama Museum :
Nomor Pendaftaran Nasional Musuem:
32.73.K.03.0031
Alamat Museum:
Jalan Dipati Ukur No. 48, Lebak Gede, Coblong, Bandung, Jawa Barat