
Pistol Colt
monumen perjuangan rakyat jawa barat
Deskripsi
Nambu Tipe 14 dirancang oleh Jenderal Kijiro Nambu pada tahun 1925 dan secara resmi diadopsi oleh Angkatan Darat Kekaisaran Jepang pada tahun 1926 (yang merupakan tahun ke-14 dari Era Taisho, sehingga dinamakan "Tipe 14"). Pistol ini dikembangkan untuk menggantikan pistol Tipe A dan revolver Tipe 26, dengan tujuan membuat desain yang lebih sederhana dan biaya produksi yang lebih rendah. Produksinya berlanjut hingga akhir Perang Dunia II pada tahun 1945, dengan perkiraan total produksi sekitar 230.000 hingga 400.000 unit. Awalnya, pistol ini ditujukan untuk perwira dan bintara, dan perwira seringkali diharuskan membeli sendiri pistol mereka. Nambu Tipe 14 juga sering dianggap sebagai simbol status dan prestise, bukan hanya sebagai alat tempur.
Sejarah
Ketika Jepang menduduki Hindia Belanda (Indonesia) selama Perang Dunia II, mereka membawa serta persenjataan standar mereka, termasuk pistol Nambu Tipe 14. Pistol ini digunakan oleh Tentara Kekaisaran Jepang yang ditempatkan di seluruh wilayah Indonesia. Selain itu, Jepang juga membentuk berbagai kesatuan militer lokal seperti Pembela Tanah Air (PETA) dan Heiho, yang dilatih dan dipersenjatai oleh Jepang. Meskipun senjata utama yang diberikan adalah senapan Arisaka dan senapan mesin ringan, pistol Nambu juga kemungkinan besar menjadi bagian dari persenjataan perwira atau unit tertentu. Banyak pistol Nambu Tipe 14 yang sebelumnya digunakan oleh tentara Jepang, atau yang disimpan di gudang-gudang senjata Jepang, akhirnya jatuh ke tangan para pejuang kemerdekaan Indonesia. Proses akuisisi senjata ini terjadi melalui berbagai cara: Perebutan Senjata: Dalam banyak insiden, terutama setelah proklamasi kemerdekaan, para pejuang Indonesia secara aktif merebut gudang senjata Jepang atau melucuti tentara Jepang yang demotivasi. Penyerahan atau Penjualan: Ada beberapa kasus di mana tentara Jepang yang ditempatkan di Indonesia, yang juga tidak ingin kembali ke Jepang dan menghadapi potensi pengadilan perang, secara sukarela menyerahkan atau bahkan menjual senjata mereka kepada pejuang kemerdekaan Indonesia. Hal ini terutama terjadi karena ada kesamaan tujuan untuk melawan kembalinya kekuatan kolonial Belanda. Anggota PETA dan Heiho: Para mantan anggota PETA dan Heiho yang telah dilatih dan dipersenjatai oleh Jepang, setelah Jepang menyerah, bergabung dengan gerakan kemerdekaan dan membawa serta persenjataan mereka, termasuk pistol Nambu.
Nomor inventarisasi :
A.001.8
Nomor Registrasi :
13.1.17
Tempat Pembuatan :
-
Status Cagar Budaya :
Bukan Cagar Budaya
Klasifikasi :
Historika
Kondisi Koleksi :
Utuh
Tanggal Registrasi:
5 May 2024
Cara Perolehan:
Pembelian
Keaslian:
Asli
Nama Museum :
Nomor Pendaftaran Nasional Musuem:
32.73.K.03.0031
Alamat Museum:
Jalan Dipati Ukur No. 48, Lebak Gede, Coblong, Bandung, Jawa Barat