
Perisai Kontemporer
museum asmat
Deskripsi
Asmat, yang merupakan salah satu suku di Papua terkenal dengan hasil ukirannya yang khas. Salah satu hasil kreativitas suku Asmat yang terkenal sampai mancanegara adalah perisai. Pembuatan perisai atau dalam bahasa daerah Asmat disebut dengan Jamasj biasanya diawali dengan upacara yang disebut Jamasj Pokmbui. Perisai dibuat dari akar penopang pohon besar atau pohon mangrove yang kemudian diukir dengan motif-motif asmat dengan makna tertentu dan diberi warna merah, putih, hitam atau warna asli kayu. Warna putih didapat dari lumpur merah, warna putih berasal dari kulit kerang yang ditumbuk dan warna hitam berasal dari arang. Fungsi utama perisai digunakan sebagai alat pertahanan dan perlindungan dari serangan senjata musuh. Suku Asmat percaya bahwa perisai mempunyai kekuatan magis yang dapat mempertahankan atau melindungi pemiliknya.
Sejarah
Museum Asmat dibangun atas Prakarsa Ibu Tien Soeharto setelah melihat Pameran Produksi Indonesia di Silang Monas pada tahun 1985. Sebagai bentuk dukungan atas Prakarsa tersebut, Bapak Ginanjar Kartasasmita mengumpulkan barang-barang kerajinan Asmat yang belum terjual di Pameran Produksi Indonesia dan menyerahkan barang-barang tersebut kepada Ibu Tien Soeharto sebagai koleksi pertama Museum Asmat. Koleksi lainnya adalah sumbangan dari Bapak Ginandjar Kartasasmita, Bapak Basuki Slamet dan lain-lain serta kemudian dilengkapi oleh Ibu Tien Soeharto dan beberapa sumbangan dari Irian Jaya.
Nomor inventarisasi :
M.AS/PK-060/V/2018
Nomor Registrasi :
-
Tempat Pembuatan :
-
Status Cagar Budaya :
Bukan Cagar Budaya
Klasifikasi :
Etnografika
Kondisi Koleksi :
Utuh
Tanggal Registrasi:
$koleksi['Profile'][0]->tgl_registrasi
Cara Perolehan:
Hibah
Keaslian:
Asli
Nama Museum :
Nomor Pendaftaran Nasional Musuem:
31.75.K.06.0096
Alamat Museum:
RT.7/RW.2, Ceger, Kec. Cipayung, Kota Jakarta Timur, Daerah Khusus Ibukota Jakarta 13820