Perahu Lesung

museum asmat

Deskripsi

Kondisi geografis papua di bagian yang didominasi oleh sungai menjadikan perahu menjadi salah satu transportasi pokok bagi masyarakat Papua. Dalam pembuatannya, masyarakat Papua menggunakan sebuah pohon utuh yang bentuk menjadi sebuah perahu dengan proses tertentu sampai perahu tersebut layak dan aman untuk dipergunakan. Kayu-kayu tersebut didapatkan dari hutan dekat dengan kampung tempat mereka tinggal. Di Asmat biasanya dilakukan upacara khusus yang dipimpin oleh sesepuh yang berpengaruh dalam masyarakat dengan maksud agar perahu yang dibuat nantinya akan berjalan seimbang dan lancar. Selain menjadi alat transportasi, masyarakat Asmat memberikan perahu kepada adik laki-laki tunangannya atau ayah mertuanya sebelum menikah. Pembuatannya pun dilakukan oleh laki-laki dan terkadang dibantu oleh anak, saudara laki-laki atau ipar laki-lakinya.

Sejarah

Museum Asmat dibangun atas Prakarsa Ibu Tien Soeharto setelah melihat Pameran Produksi Indonesia di Silang Monas pada tahun 1985. Sebagai bentuk dukungan atas Prakarsa tersebut, Bapak Ginanjar Kartasasmita mengumpulkan barang-barang kerajinan Asmat yang belum terjual di Pameran Produksi Indonesia dan menyerahkan barang-barang tersebut kepada Ibu Tien Soeharto sebagai koleksi pertama Museum Asmat. Koleksi lainnya adalah sumbangan dari Bapak Ginandjar Kartasasmita, Bapak Basuki Slamet dan lain-lain serta kemudian dilengkapi oleh Ibu Tien Soeharto dan beberapa sumbangan dari Irian Jaya.

Nomor inventarisasi :

-

Nomor Registrasi :

-

Tempat Pembuatan :

-

Status Cagar Budaya :

Bukan Cagar Budaya

Klasifikasi :

Etnografika

Kondisi Koleksi :

Tidak Utuh

Tanggal Registrasi:

$koleksi['Profile'][0]->tgl_registrasi

Cara Perolehan:

Hibah

Keaslian:

Asli

Nama Museum :

Museum Asmat

Nomor Pendaftaran Nasional Musuem:

31.75.K.06.0096

Alamat Museum:

RT.7/RW.2, Ceger, Kec. Cipayung, Kota Jakarta Timur, Daerah Khusus Ibukota Jakarta 13820

Galeri

Testimoni