
Perahu Arwah
museum asmat
Deskripsi
Roh orang yang meninggal dipercaya akan menuju Safan. Untuk menuju kesana, Wuramon digunakan sebagai kendaraan bagi para arwah. Pada upacara untuk memperingati leluhur yang telah meninggal, perahu ini menjadi salah satu benda yang penting dalam proses ritualnya. Wuramon, perahu arwah yang bentuknya menyerupai perahu lesung tetapi tidak memiliki dasar ini terbuat dari satu batang pohon pala (tow) dan memiliki panjang yang bervariasi, mencapai 40 meter. Banyak variasi ukiran figur yang menghiasi perahu, seperti mbu (kura-kura) yang melambangkan kesuburan dan terdapat di bagian tengah perahu, okom yang berbentuk menyerupai huruf Z, ambirak yang memiliki bentuk menyerupai kepala burung, etsjo yang memiliki bentuk menyerupai manusia, dll. Setiap ukiran figur-figur tersebut memiliki pemahat yang berbeda. Jumlahnya sesuai dengan jumlah figure yang dipahat di perahu tersebut. Namun, pemahat-pemahat tersebut tetap berada dibawah pengawasan pemahat senior.
Sejarah
Museum Asmat dibangun atas Prakarsa Ibu Tien Soeharto setelah melihat Pameran Produksi Indonesia di Silang Monas pada tahun 1985. Sebagai bentuk dukungan atas Prakarsa tersebut, Bapak Ginanjar Kartasasmita mengumpulkan barang-barang kerajinan Asmat yang belum terjual di Pameran Produksi Indonesia dan menyerahkan barang-barang tersebut kepada Ibu Tien Soeharto sebagai koleksi pertama Museum Asmat. Koleksi lainnya adalah sumbangan dari Bapak Ginandjar Kartasasmita, Bapak Basuki Slamet dan lain-lain serta kemudian dilengkapi oleh Ibu Tien Soeharto dan beberapa sumbangan dari Irian Jaya.
Nomor inventarisasi :
-
Nomor Registrasi :
-
Tempat Pembuatan :
-
Status Cagar Budaya :
Bukan Cagar Budaya
Klasifikasi :
Etnografika
Kondisi Koleksi :
Utuh
Tanggal Registrasi:
$koleksi['Profile'][0]->tgl_registrasi
Cara Perolehan:
Hibah
Keaslian:
Asli
Nama Museum :
Nomor Pendaftaran Nasional Musuem:
31.75.K.06.0096
Alamat Museum:
RT.7/RW.2, Ceger, Kec. Cipayung, Kota Jakarta Timur, Daerah Khusus Ibukota Jakarta 13820