Miniatur Perahu Pinisi Nusantara

museum bahari

Deskripsi

Miniatur Perahu Pinisi ini memiliki panjang 186 cm, lebar 46 cm, dan tinggi 168 cm, serta berwarna dasar putih. Layar perahu berjenis schooners-ketch yang terbuat dari kain berwarna hijau tosca. Perahu mempunyai tiang layar utama berjumlah 2 buah dengan 7 layar kain yang terdiri dari 2 layar berbentuk persegi dan segitiga di tengah, 3 layar berbentuk segitiga di depan, serta 2 layar berbentuk persegi dan segitiga di belakang. Perahu ini memiliki 2 pasang tangga yang masing-masing menghadap tiang layar utama. Satu pasang tangga tiang layar memiliki tinggi 73 cm dan 1 pasang tangga pada tiang layar belakang memiliki tinggi 64 cm. Pada bagian buritan terdapat ruangan serta sepasang dayung yang digantungkan ke bawah kapal. Haluan perahu memanjang ke depan dan terdapat rantai yang menggantung di bawahnya. Perahu dilapisi cat minyak dengan warna dasar putih serta bagian lumbung sampai dasar perahu diberi warna cokelat. Pada bagian dek diberi warna biru tua. Perahu disanggah oleh kayu berwarna cokelat. Motif hias perahu berupa garis yang berwarna cokelat.

Sejarah

Perahu Pinisi merupakan perahu niaga jarak jauh seperti untuk sarana komoditi ekspor. Perahu Pinisi dibuat dan digunakan oleh orang Bugis Makassar, Sulawesi Selatan yang secara spesifik bermukim di Kabupaten Bulukumba saat ini. Pinisi sudah menjadi bagian dari adat istiadat masyarakat Sulawesi Selatan. Perahu Pinisi menjadi ikon bagi kapal tradisional khas Nusantara dengan teknik pembuatan yang luar biasa, serta didasari oleh nilai seni dan tradisi lokal. Teknik pembuatan perahu ini sudah dikenal setidaknya selama 1500 tahun. Pola pembuatannya sendiri merujuk pada teknologi yang berkembang 3000 tahun lalu, yang didasari oleh teknologi transformasi perahu lesung menjadi perahu bercadik. Dalam proses pembuatannya, Perahu Pinisi mengandung nilai-nilai yang tercermin dalam kehidupan sehari-hari, seperti kerja sama tim, kerja keras, ketelitian, presisi, keindahan, dan penghargaan terhadap alam serta lingkungan. Atas nilai-nilai itulah, seni pembuatan Pinisi dianggap layak dikukuhkan menjadi salah satu Warisan Budaya Takbenda oleh UNESCO pada tahun 2017. Dalam proses pembuatan, Pinisi melewati serangkaian upacara ritual yang khusus, seperti upacara annakbang kalabiseang (penebangan bagian lunas) oleh para punggawa dan sawi (warga) berdasarkan tradisi orang Bugis-Makassar. Kemudian, upacara ini dilanjutkan dengan upacara annattara (penyambungan bagian lunas) ketika perahu sudah mulai dikerjakan rangkanya (nipatonroang) oleh panrita (orang pintar/shaman), dan upacara ammosi (pemberian pusat) yang merepresentasikan proses kelahiran. Pada upacara yang terakhir, para sawi beralih fungsi menjadi sanro atau “bidan” bagi bayi perahu yang akan lahir dan siap mengarungi lautan.

Nomor inventarisasi :

018/MB/002/PM/2021

Nomor Registrasi :

018

Tempat Pembuatan :

-

Status Cagar Budaya :

Cagar Budaya - Benda

Klasifikasi :

-

Kondisi Koleksi :

Utuh

Tanggal Registrasi:

$koleksi['Profile'][0]->tgl_registrasi

Cara Perolehan:

-

Keaslian:

Replika

Nama Museum :

Museum Bahari

Nomor Pendaftaran Nasional Musuem:

31.72.K.03.0277

Alamat Museum:

Jl. Pasar Ikan No. 1 Penjaringan, Jakarta Utara

Galeri

Testimoni