
Miniatur Perahu Lambo
museum bahari
Deskripsi
Miniatur Perahu Lambo ini memiliki panjang 116 cm, lebar 24 cm, dan tinggi 115 cm, serta berwarna dasar cokelat tua. Perahu ini mempunyai satu tiang layar utama dengan layar kain berjumlah 4 berwarna hitam dengan sistem yang kokoh dan gap. Tiga layar kain berbentuk segitiga, sementara satu lainnya berbentuk persegi panjang. Terdapat dua tangga menuju layar perahu, yang masing-masing terletak di kiri dan kanan perahu. Linggi depan dan linggi belakang membentuk lengkungan halus dengan lunasnya. Perahu mempunyai dua buah kemudi guling yang terletak di kiri dan kanan buritan. Dekorasi perahu berupa rumah geladak pendek di dekat tiang. Lambung perahu ini bertipe pajala. Penyangga perahu yang digunakan berbahan kayu yang diletakan di tengah dasar perahu.
Sejarah
Lambo merupakan perahu yang berasal dari Buton dan tidak bisa dilepaskan dengan tradisi maritim orang Buton, yang menganggap bahwa laut dan perahu adalah representasi kehidupan dan perahu dianggap sebagai “desa (tempat bermukim) di laut”. Perahu (wangka/bangka) juga dianggap sebagai sahabat (sabangka). Perahu lambo digunakan untuk melintasi samudera dan perjalanan antarpulau, khususnya kawasan Kepulauan Tukang Besi (Wanci, Kaledupa, Tomia, dan Binongko atau “Wakatobi”). Kegiatan melintasi samudera ini kemudian berkaitan dengan kebiasaan orang Buton berdiaspora di kawasan Timur Indonesia. Berdasarkan catatan Michael Southon, terdapat 1.281 perahu Lambo di kabupaten Buton dan 467 di Pulau Tukang Besi pada tahun 1987. Aktivitas yang dilakukan di perahu Lambo adalah membawa hasil laut seperti lola, teripang, sirip ikan hiu, dan lain-lain. Perahu lambo terbagi ke dalam beberapa jenis, antara lain: 1. Wangka Kabangu: Perahu dengan dua tiang layar utama (kokombu) yang dipasang pada bagian tengah-depan dan tengah-belakang perahu, dilengkapi dengan tiga layar. 2. Wangka Nade: Perahu dengan satu tiang layar utama yang dipasang pada bagian tengah-depan, dilengkapi dengan dua layar. 3. Perahu Layar Motor: Perahu jenis ini muncul di awal dekade 1960-an,tetapi peletakan mesin pada kapal tidak mengubah desain tradisional bagian belakang kapal (wana). Perahu ini juga hanya memiliki satu tiang dengan tiga desain atap berbeda, tergantung dari kapasitas yang diperlukan, antara lain berbentuk segitiga piramida, trapesium, dan penuh. Perahu juga harus melewati serangkaian upacara ritual yang bertujuan untuk memuliakan perahu sebagai bagian dari kehidupan masyarakat Buton. Ritual terbagi atas dua tahap, pakande mbui (tahap awal) dan pakande salama (tahap akhir). Perahu dibuat oleh pande bangka (pembuat perahu).
Nomor inventarisasi :
023/MB/007/PM/2021
Nomor Registrasi :
023
Tempat Pembuatan :
-
Status Cagar Budaya :
Cagar Budaya - Benda
Klasifikasi :
-
Kondisi Koleksi :
Utuh
Tanggal Registrasi:
$koleksi['Profile'][0]->tgl_registrasi
Cara Perolehan:
-
Keaslian:
Replika
Nama Museum :
Nomor Pendaftaran Nasional Musuem:
31.72.K.03.0277
Alamat Museum:
Jl. Pasar Ikan No. 1 Penjaringan, Jakarta Utara