Miniatur Perahu Kora-kora

museum bahari

Deskripsi

Miniatur Perahu Kora-kora ini memiliki panjang 233 cm, lebar 54,5 cm, dan tinggi 23 cm, serta berwarna dasar cokelat tua. Perahu ini memiliki sumbi di bagian depan dan belakang dengan tinggi masing-masing 15 cm. Tiang layar perahu dikaitkan dengan sumbi di bagian depan dan paku yang ditekuk melengkung di sisi kanan dan kirinya. Terdapat lunas pada bagian bawah miniatur perahu dengan panjang 212 cm. Miniatur perahu ini memiliki sepasang linggi yang berada di depan setinggi 71 cm dan di belakang setinggi 70,5 cm. Lambung miniatur perahu memiliki ukiran lubang berbentuk lingkaran dengan diameter rata-rata 2,5 cm di bagian sisi kanan dan kiri. Ukiran lingkaran ini berjumlah 52 buah yang berada di masing-masing sisi kanan dan kiri lambung miniatur perahu sejumlah 26 lubang. Miniatur perahu ini berada di atas dua buah dudukan kayu yang menyangga perahu di bagian lunas perahu, satu di bagian depan dan satu di bagian belakang.

Sejarah

Perahu Kora-kora merupakan perahu-kapal tradisional Maluku yang digunakan sejak masa berkembangnya kerajaan dan kesultanan di kawasan Maluku. Perahu tersebut tercatat dalam catatan para penulis asal Portugis abad ke-15 dan 16, yaitu berupa metode pembuatannya yang berkaitan dengan tradisi setempat. Perahu Kora-kora lantas digunakan Portugis untuk kebutuhan ekspedisi perdagangan, eksplorasi wilayah produksi baru, serta mencari rempah dan budak, termasuk juga Pelayaran Hongi atau Hongi tochten yang bertujuan untuk monopoli rempah-rempah di Maluku. Namun sesungguhnya, fungsi perahu Kora-Kora adalah sebagai alat transportasi dan untuk menyambut kedatangan atau mengantar keberangkatan armada laut. Hal tersebut didukung oleh kegunaan perahu Kora-kora sebagai alat transportasi antarpulau untuk kepentingan perdagangan lokal. Keberadaan perahu Kora-kora memiliki pengaruh penting pada perkembangan ekonomi di kawasan timur Nusantara. Selain itu, kora-kora juga digunakan sebagai armada perang kerajaan dan kesultanan yang ada di Maluku Utara (Ternate, Tidore, Bacan, dan Jailolo) untuk mengusir Portugis dan menyatukan kembali Maluku Utara berdasarkan konfigurasi tradisi berlaku. Ciri fisik dari perahu kora-kora adalah lambung utama yang dilengkapi dengan dek tengah menutupi seluruh panjang perahu. Penumpang dan barang dilindungi di bawah dek yang terletak di tengah kapal, sedangkan pendayung berada di sisi luar (kanan dan kiri). Para pendayung duduk di kursi ganda. Kapal bisa mencapai bobot sekitar empat ton dan membawa hingga dua ratus pendayung. Dari kapasitas yang besar dan kecepatan yang memadai inilah lantas kora-kora juga dapat dimanfaatkan sebagai armada peperangan.

Nomor inventarisasi :

020/MB/004/PM/2021

Nomor Registrasi :

020

Tempat Pembuatan :

-

Status Cagar Budaya :

Cagar Budaya - Benda

Klasifikasi :

-

Kondisi Koleksi :

Utuh

Tanggal Registrasi:

$koleksi['Profile'][0]->tgl_registrasi

Cara Perolehan:

-

Keaslian:

Replika

Nama Museum :

Museum Bahari

Nomor Pendaftaran Nasional Musuem:

31.72.K.03.0277

Alamat Museum:

Jl. Pasar Ikan No. 1 Penjaringan, Jakarta Utara

Galeri

Testimoni