
Miniatur Janggolan Madura III
museum bahari
Deskripsi
Miniatur Janggolan Madura III ini memiliki panjang 195 cm, lebar 58 cm, dan tinggi 64 cm, serta berwarna dasar putih. Madura mempunyai istilah tersendiri untuk menyebutkan atau menjelaskan tiap bagian perahunya, maka dari itu penjelasan selanjutnya akan menggunakan istilah-istilah Madura. Janggolan ini mempunyai tiga tiang layar utama berwarna tosca yang bagian atasnya berwarna merah. Satu tiang terletak di bagian haluan, satu tiang di depan rumah, dan satu tiang lagi sudah tidak terpasang di tempatnya. Dayung perahu berwarna putih. Pada bagian buritan terdapat gul-tonggul atau tiang berwarna putih yang tepat terletak di belakang rumah perahu. Bagian lenggi (linggi) haluan dan buritan berhiaskan sulur yang berwarna putih. Terdapat rumah berwarna dasar putih yang dihias dengan warna tosca dan kuning. Bagian pintu rumah terdapat pada bagian belakang yang merupakan pintu ganda berwarna tosca dan kuning. Pada kiri dan kanan pintu terdapat satu jendela berwarna kuning. Pada bagian depan rumah terdapat empat jendela berwarna tosca dan kuning. Bagian lambung perahu berwarna putih di bagian atas sampai tengah dan hitam di bagian tengah sampai ke dasarnya. Lambung bermotifkan garis berwarna hitam, abu-abu, tosca, merah, dan biru. Miniatur ditempatkan pada dua kayu penyangga.
Sejarah
Perahu Janggolan Madura merupakan perahu besar yang panjangnya bisa mencapai 28 M dengan muatan 200 ton. Perahu yang berukuran 125 ton masih dapat ditemui di Tanlok dan Madegan, Sampang, Madura. Wilayah tersebut merupakan wilayah bekas Karesidenan Madura yang terdiri dari empat kabupaten, yaitu Bangkalan, Sampang, Pamekasan, dan Sumenep. “Janggolan” secara harfiah mempunyai arti transportasi. Perahu Janggolan juga disebut dengan nama parao janggolan, dengan ciri adanya bagian topengan dan antek. Perahu Janggolan diklasifikasikan sebagai perahu perempuan, dihubungkan dengan penggunaan motif-motif feminin. Perahu ini berfungsi sebagai angkutan barang dagangan, mulai dari Jakarta hingga luar negeri. Pada abad ke-19, Janggolan biasa dimanfaatkan untuk mengangkut telur ikan bandeng untuk dijual di sepanjang pesisir pantai utara Jawa. Pada abad ke-20 M, Janggolan juga digunakan untuk mengangkut balok kayu ke berbagai pelabuhan di Jawa. Jenis perahu ini dapat ditemukan di Sampang dan Kamal, Madura dengan ukuran yang relatif lebih kecil. Perahu ini mempunyai tempat air, tempat penyimpan barang, dan tempat duduk untuk penumpang. Walaupun beroperasi di kawasan Madura, perahu Janggolan justru banyak dibuat di Pasuruan, Jawa Timur. Ciri khas dari perahu Janggolan adalah dua tiang layar kokoh yang menunjang pelayaran yang lebih cepat, serta ornamen dan andangan yang khas Madura.
Nomor inventarisasi :
027/MB/011/PM/2021
Nomor Registrasi :
027
Tempat Pembuatan :
-
Status Cagar Budaya :
Cagar Budaya - Benda
Klasifikasi :
-
Kondisi Koleksi :
Utuh
Tanggal Registrasi:
$koleksi['Profile'][0]->tgl_registrasi
Cara Perolehan:
-
Keaslian:
Replika
Nama Museum :
Nomor Pendaftaran Nasional Musuem:
31.72.K.03.0277
Alamat Museum:
Jl. Pasar Ikan No. 1 Penjaringan, Jakarta Utara