Mbis

museum asmat

Deskripsi

Mbis berasal dari kata mbiu yang berarti arwah orang yang telah meninggal dunia. Menurut kepercayaan mereka, arwah nenek moyang yang telah meninggal dapat ditemukan kembali melalui pengukiran dan upacara patung mbis. Oleh karena itu, mbis dibuat dengan tujuan untuk menghormati arwah nenek moyang yang telah meninggal dunia. Material yang digunakan untuk membuat mbis adalah kayu bakau yang pada pengukirannya bagian akar ditempatkan di bagian atas sementara bagian batang kayu diletakkan di bagian bawah. Dalam satu ukiran tersebut terdapat beberapa buah patung manusia. Orang atau nenek moyang yang dianggap paling dihormati dan banyak jasanya diukirkan di bagian atas dan dibawahnya menurun sesuai dengan urutan jasanya. Tinggi patung ini bisa mencapai 15 sampai 20 meter. Dulu, pembuatan mbis disertai dengan mbismbu atau upacara pembuatan mbis. Prosesi yang dilakukan meliputi tahapan pemilihan kayu, pengangkutan pohon, dan perayaan mbis di desa termasuk pengukiran di dalam ruangan khusus di dalam jew yang tidak diperbolehkan dilihat sebelum selesai dikerjakan. Selama pengukiran mbis, keluarga yang memesan pembuatan patung ini menyiapkan kebutuhan wow-ipits, sang pemahat patung, yaitu makanan untuk mereka. Patung ini diberi nama sesuai dengan nama nenek moyang mereka yang meninggal. Setelah selesai diukir, mbis ditempatkan di atas suatu panggung yang dibangun di rumah Panjang. Keluarga yang ditinggalkan mendoakan agar roh nenek moyang mereka pergi ke nirvana dengan tenang. Setelah selesai, mbis ditaruh dan ditegakkan di daerah hutan sagu hingga rusak.

Sejarah

Museum Asmat dibangun atas Prakarsa Ibu Tien Soeharto setelah melihat Pameran Produksi Indonesia di Silang Monas pada tahun 1985. Sebagai bentuk dukungan atas Prakarsa tersebut, Bapak Ginanjar Kartasasmita mengumpulkan barang-barang kerajinan Asmat yang belum terjual di Pameran Produksi Indonesia dan menyerahkan barang-barang tersebut kepada Ibu Tien Soeharto sebagai koleksi pertama Museum Asmat. Koleksi lainnya adalah sumbangan dari Bapak Ginandjar Kartasasmita, Bapak Basuki Slamet dan lain-lain serta kemudian dilengkapi oleh Ibu Tien Soeharto dan beberapa sumbangan dari Irian Jaya.

Nomor inventarisasi :

-

Nomor Registrasi :

-

Tempat Pembuatan :

-

Status Cagar Budaya :

Bukan Cagar Budaya

Klasifikasi :

Etnografika

Kondisi Koleksi :

Utuh

Tanggal Registrasi:

$koleksi['Profile'][0]->tgl_registrasi

Cara Perolehan:

Hibah

Keaslian:

Asli

Nama Museum :

Museum Asmat

Nomor Pendaftaran Nasional Musuem:

31.75.K.06.0096

Alamat Museum:

RT.7/RW.2, Ceger, Kec. Cipayung, Kota Jakarta Timur, Daerah Khusus Ibukota Jakarta 13820

Galeri

Testimoni