
Kaluang Ampiang
museum rumah adat nan baanjuang
Deskripsi
Ampiang adalah sejenis bahan makanan yang terbuat dari beras pulut yang diolah dan dibentuk pipih, sebagai bahan untuk membuat kue kipang ampiang, dadiah atau untuk minuman cendol. Terinspirasi dari bentuk amping yang pipih ini perajin perhiasan juga membuat motif kalung amping ini, dengan berbagai variasi ada yang bundar, lonjong dan bersegi. Ada yang membuat dari emas, perak, tembaga dan loyang. Kalung ampiang ini terbuat dari tembaga berbentuk pipih melingkar pada salah satu sisi memiliki tangkai tempat menghubungkan dengan rantai. Seuntai kalung amping ini terdiri atas 30 mainan yang dirangkai menjadi seuntai kalung. Kemudian kalung ini disepuh emas sehingga lebih berkilau. Dipakai oleh penganten wanita, bundo kanduang dan ibu-ibu sebagai kelengkapan pakaian pada upacara adat Minangkabau. Kalung ini dipakai sebagai hiasan leher karena batang leher merupakan lambang kebenaran yang hakiki yang harus dipelihara. Dahulu perhiasan di Minangkabau menggunakan bahan emas. Karena, selain memiliki nilai estika bagi pengantin, juga melambangkan kedudukan sosial keluarganya di dalam masyarakat. Seiring perkembangan zaman, masyarakat mulai pandai mengolah perhiasan menggunakan bahan lain seperti perak dan tembaga. Kerajinan tembaga berkembang di Minangkabau pada akhir abad 19 sampai awal abad 20. Kemudian pada masa pasca kemerdekaan pengarajin beralih mengolah kuningan atau loyang sebagai perhiasan yang dapat dijangkau dengan harga yang lebih murah
Sejarah
Ampiang adalah sejenis bahan makanan yang terbuat dari beras pulut yang diolah dan dibentuk pipih, sebagai bahan untuk membuat kue kipang ampiang, dadiah atau untuk minuman cendol. Terinspirasi dari bentuk amping yang pipih ini perajin perhiasan juga membuat motif kalung amping ini, dengan berbagai variasi ada yang bundar, lonjong dan bersegi. Ada yang membuat dari emas, perak, tembaga dan loyang. Kalung ampiang ini terbuat dari tembaga berbentuk pipih melingkar pada salah satu sisi memiliki tangkai tempat menghubungkan dengan rantai. Seuntai kalung amping ini terdiri atas 30 mainan yang dirangkai menjadi seuntai kalung. Kemudian kalung ini disepuh emas sehingga lebih berkilau. Dipakai oleh penganten wanita, bundo kanduang dan ibu-ibu sebagai kelengkapan pakaian pada upacara adat Minangkabau. Kalung ini dipakai sebagai hiasan leher karena batang leher merupakan lambang kebenaran yang hakiki yang harus dipelihara. Dahulu perhiasan di Minangkabau menggunakan bahan emas. Karena, selain memiliki nilai estika bagi pengantin, juga melambangkan kedudukan sosial keluarganya di dalam masyarakat. Seiring perkembangan zaman, masyarakat mulai pandai mengolah perhiasan menggunakan bahan lain seperti perak dan tembaga. Kerajinan tembaga berkembang di Minangkabau pada akhir abad 19 sampai awal abad 20. Kemudian pada masa pasca kemerdekaan pengarajin beralih mengolah kuningan atau loyang sebagai perhiasan yang dapat dijangkau dengan harga yang lebih murah
Nomor inventarisasi :
03. 5
Nomor Registrasi :
5
Tempat Pembuatan :
Kota Bukittinggi
Status Cagar Budaya :
Bukan Cagar Budaya
Klasifikasi :
Etnografika
Kondisi Koleksi :
Utuh
Tanggal Registrasi:
24 Apr 2025
Cara Perolehan:
Pembelian
Keaslian:
Asli
Nama Museum :
Nomor Pendaftaran Nasional Musuem:
13.75.U.05.0009
Alamat Museum:
Jl. Cindua Mato No. 10