
Jukung Barito
museum bahari
Deskripsi
Koleksi ini adalah tahapan ketiga/terakhir dari proses pembuatan Perahu Jukung atau Perahu Barito, tetapi belum sepenuhnya terselesaikan. Perahu ini memiliki panjang 495 cm, lebar 62 cm, tinggi 46 cm dan tebal 23 cm, serta berwarna cokelat kehitaman. Terdapat 5 tataban dengan lebar 3 cm, sementara pada bagian haluan dan buritannya terdapat plat logam yang berfungsi sebagai perekat, juga balok kayu yang ditempelkan menggunakan paku yang difungsikan sebagai perekat antara bagian badan perahu dengan haluan dan buritan. Pada bagian dinding dalam terdapat dua bekas retak dan bekas pahatan. Perahu disangga oleh dua penyangga kayu di bagian bawahnya. Pada tahapan ini, jukung mengalami proses pengasapan kemudian diberikan tambahan pada bagian tataban berupa papan kayu.
Sejarah
Perahu Jukung merupakan perahu tradisional khas suku Banjar di Kalimantan Selatan. Perahu ini telah digunakan untuk jangka waktu yang panjang oleh masyarakat sekitar Kalimantan Selatan. Jenisnya ditentukan oleh jenis layar, bentuk lambung, serta cara dan tujuan pembuatan perahu. Perahu ini merupakan perahu khas Kalimantan yang digunakan oleh masyarakat Dayak dan Melayu Banjar untuk mengarungi sungai-sungai di pulau tersebut, walaupun pada saat ini juga digunakan untuk berdagang, mencari ikan, menambang pasir atau batu, mengangkut hasil pertanian, angkutan barang, dan lainnya (termasuk juga pasar terapung). Jukung-jukung Kalimantan banyak beroperasi di sepanjang Sungai Barito, Martapura, Riam, Nagara, Amandit, dan Tabalong. Berdasarkan penelitian Kosnowihardjo, perahu jukung mendapatkan pengaruh besar dari kebudayaan prasejarah dataran Cina Selatan (Yunan), yang melakukan migrasi ke Asia Tenggara melalui Kalimantan. Menurut Ideham, berikut jenis-jenis jukung yang ada: 1. Berdasarkan cara pembuatan a. Jukung Sudur: batang kayu dibelah dua sebelum dikeruk. b. Jukung Patai: batang kayu tidak dibelah dua sebelum dikeruk. c. Jukung Batambit: berukuran lebih besar dari kayu ulin atau kayu besi. 2. Berdasarkan fungsinya a. Jukung Pahumaan: transportasi ke sawah atau tanah rendah untuk berhuma. b. Jukung Paiwakan: transportasi ke sungai atau danau untuk mencari ikan. c. Jukung Paramuan: transportasi sungai besar dan kecil untuk menjual ramu-ramuan. d. Jukung Palambakan: perahu dengan lambakan anak tanaman cabai/lombok, semangka, terong, jagung, labu/waluh, dan lainnya. e. Jukung Pambarasan: untuk memuat beras berkarung-karung goni. f. Jukung Gumbili: untuk membawa dan menjual ubi atau singkong. g. Jukung Pamasiran: dibuat untuk para penambang pasir dan batu. h. Jukung Beca Banyu: perahu dengan mesin klotok untuk menyeberangkan penduduk dari wilayah asal ke wilayah tujuan yang tidak bisa dilalui darat. i. Jukung Getek: perahu yang dikayuh untuk menyeberangkan penduduk, dapat juga sepeda, dari wilayah asal ke wilayah tujuan yang tidak bisa dilalui darat. j. Jukung Palanjaan: perahu dengan muatan mencapat 20 orang dan berukuran ramping, sehingga dapat berlayar lebih cepat. k. Jukung Rombong: perahu yang khusus digunakan untuk menjual wadai (kue), soto, ketupat, dan gado-gado khas Banjar. l. Perahu Tambangan: perahu dengan ornamen khas banjar yang digunakan untuk mengangkut penumpang. m. Perahu Undaan: perahu besar untuk mengangkut barang dagangan dari Banjarmasin ke hulu sungai. n. Perahu Tiung: perahu yang digunakan untuk mengangkut barang bangunan, yang harus digandeng oleh kapal bermesin lainnya karena ukuran dan tenaganya yang sangat besar.
Nomor inventarisasi :
010/MB/010/PA/2021
Nomor Registrasi :
010
Tempat Pembuatan :
-
Status Cagar Budaya :
Cagar Budaya - Benda
Klasifikasi :
Arkeologika
Kondisi Koleksi :
Utuh
Tanggal Registrasi:
$koleksi['Profile'][0]->tgl_registrasi
Cara Perolehan:
Warisan
Keaslian:
Asli
Nama Museum :
Nomor Pendaftaran Nasional Musuem:
31.72.K.03.0277
Alamat Museum:
Jl. Pasar Ikan No. 1 Penjaringan, Jakarta Utara