Gedung Sumpah Pemuda Jalan Kramat Raya 106 Jakarta Pusat

museum sumpah pemuda

Deskripsi

Gedung Museum Sumpah Pemuda/Indonesische Glubgebouw. Bangunan Museum Sumpah Pemuda berdiri tahun 1920-an. Bangunan ini terdiri dari 8 ruang pamer. Pada bagian selasar depan terdapat 6 tiang penyangga atap dan 4 pilar bangunan. Bagian ini memiliki lantai dengan bahan tegel bermotif bunga di tengahnya. Terdapat 3 pintu dengan 4 daun pintu, 2 jendela dengan 10 kaca, dan 3 ventilasi. Ruangan pertama bernama Ruang Pengenalan. Ruangan ini memiliki 4 pintu dengan 4 daun pintu. Lantai ruangan ini berbahan tegel dengan motif tralis bunga. Ruang Organisasi berada di sebelah kiri Ruang Pengenalan. Ruangan ini memiliki 1 pintu pivot dan 1 pintu dengan 4 daun pintu. Ruangan ini juga memiliki 1 jendela dan 1 ventilasi. Ruang Pemuda Bergerak berada di depan Ruang Organisasi. Ruangan ini memiliki 1 jendela, 1 ventilasi, dan 1 pintu pivot. Ruang Kongres Pemuda II merupakan ruangan immersive. Ruangan ini memiliki 1 sisi ruangan yang berbahan kaca. Terdapat 6 ventilasi di bagian bawah kaca. Ruang Indonesia Raya berada di sebelah kanan Ruang Kongres Pemuda II. Ruangan ini memiliki 2 jendela dan 2 pintu dengan 4 daun pintu, dan 1 pintu pivot. Ruang Setelah Sumpah Pemuda berada di depan Ruang Indonesia Raya. Terdapat 1 pintu pivot dan 1 jendela. Ruang Harapan berada di depan Ruang Setelah Sumpah Pemuda. Ruangan ini memiliki 1 pintu pivot, 1 pintu berdaun, dan 1 jendela. Terdapat 3 ruangan lain di belakang bangunan utama. Ruang Anak memiliki 1 jendela dengan pintu kaca. Rumah Kos Kramat 106 terdiri atas 2 ruangan yang masing-masing memiliki 1 pintu berdaun dan 1 jendela.

Sejarah

Gedung Kramat 106 didirikan oleh Sie Kong Liong pada awal tahun 1900-an. Seiring dengan tumbuhnya sekolah-sekolah pada awal abad ke-20, di Jakarta tumbuh pula pondokan pelajar untuk menampung mereka yang tidak tertampung di asrama sekolah atau bagi mereka yang ingin hidup lebih bebas di luar asrama yang ketat. Salah satu diantara pondokan pelajar di Jakarta adalah Gedung Kramat 106. Tahun 1925 disewakan kepada Jong Java, selain sebagai tempat tinggal, gedung tersebut digunakan juga sebagai tempat latihan kesenian “Langen Siswo” dan diskusi politik. September 1926, Gedung Kramat 106 dijadikan kantor PPPI dan kantor redaksi majalah PPPI, Indonesia Raja. Tahun 1928 gedung ini diberi nama Indonesische Clubgebouw (IC, Gedung Pertemuan Indonesia). Tokoh-tokoh yang pernah tinggal di gedung ini antara lain adalah Muhammad Yamin, Abu Hanifah, Amir Sjarifudin, A. K. Gani, Setiawan, Soerjadi, Mangaraja Pintor dan Assaat. Pada tahun 1928 itu pula Gedung Kramat 106 dijadikan salah satu tempat penyelenggaraan Kongres Pemuda Kedua pada tanggal 27 - 28 Oktober 1928. Gedung ini dijadikan pusat pergerakan mahasiswa sampai tahun 1934. Tahun 1934 Gedung Kramat 106 disewa Pang Tjem Jam sebagai rumah tinggal. Tahun 1937-1948 digunakan sebagai toko bunga dan pada tahun 1948-1951 difungsikan sebagai hotel dengan nama Hotel Hersia. Masa Revolusi Fisik, Gedung Kramat dijadikan markas pemuda pejuang. Tahun 1951-1970, disewa Jawatan Bea dan Cukai untuk perkantoran dan penampungan karyawan. Tahun 1973 dijadikan museum oleh Pemerintah Daerah DKI Jakarta dengan nama Gedung Sumpah Pemuda Pada 16 Agustus 1979, pengelolaan Gedung Kramat 106 diserahkan kepada Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Dengan keluarnya SK. Mendikbud No. 029/O/1983, tanggal 7 Februari 1983, Gedung Sumpah Pemuda dijadikan UPT di lingkungan Direktorat Jenderal Kebudayaan dengan nama Museum Sumpah Pemuda. Tahun 2000 Museum Sumpah Pemuda dikelola Departemen Kebudayaan dan Pariwisata. Tahun 2012 pengelolaan Museum Sumpah Pemuda diserahkan kepada Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.

Nomor inventarisasi :

0001/INV/73/2020

Nomor Registrasi :

0001/01/73/2023

Tempat Pembuatan :

Jakarta

Status Cagar Budaya :

Cagar Budaya - Bangunan

Klasifikasi :

Historika

Kondisi Koleksi :

Utuh